1.
PENDIDIKAN
PADA ZAMAN PURBA/KUNO
Pendidikan adalah usaha manusia
untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan masih ada,
pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataannya dapat kita telaah
bahwa praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis
persamaan atau benang merah pendidikan itu ialah :
1.
Pendidikan adalah bagian dari
kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
2.
Pendidikan merupakan kegiatan yang
bersifar universal.
3.
Praktek pelaksanaan pendidikan
memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan (ke-khasan) berkaitan
dengan pandangan hidup masing-masing bangsa.
MESIR
Mesir purba telah mengenal peradaban
dan kebudayaan tinggi. Ini terbukti dengan telah dikenalnya tulisan dengan
huruf heiroglyph (tulisan suci), telah kenal kalender (penanggalan) dengan
pembagian 12 bulan tiap tahun, telah mengenal irigasi dan sebagainya.
Tujuan pendidikan agar manusia
berbuat susila sesuai dengan ajaran agama. Materi pelajaran yang diberikan
ialah membaca, menulis, berhitung, bahasa dan ilmu mengukur tanah serta
astronomi. Meski telah memiliki pusat-pusat pendidikan yakni di kuil-kuil
(piramide) yang di dalamnya terdapat perpustakaan dan asrama bagi para guru dan
murid-muridnya.
INDIA
Secara ketat/tegas India membagi
masyarakat dengan kasta/tingkatan. Dalam kehidupan agama Hindu di India
terkenal ada 4 kasta, yaitu; 1) kasta Brahmana, 2) kasta Ksatria, 3) kasta
Waisya, 4) kasta Sudra (Syudra).
Hidup di India bukan ditentukan oleh
kepercayaan kepada dewa, tetapi ditentukan oleh tingkatan atau kasta tadi.
Tujuan akhir hidup adalah mencapai Nirwana. Ciri-ciri pendidikan di India
adalah :
1.
Pengajaran agama di nomor satukan.
2.
Pendidikan diselenggarakan oleh
kasta Brahmana.
3.
Tujuan pendidikan; mencapai
kebahagian abadi (Nirwana).
Penyelenggaraan peadidikan
berlangsung di rumah (keluarga) dan sekolah. Materii pelajaran yang diajarkan
yaitu astronomi, matematik, pengetahuan tentang obat-obatan, hukum,
kesusasteraan, sejarah.
CINA
Cina memiliki keunikan dalam hal kebudayaan
dan pendidikan. Artinya dibandingkan dengan negara-negara timur lainnya. Cina
memiliki sejarah tersendiri. Kebudayaan Cina adalab asli Cina tidak terbaur
atau tercampur dengan kebudayaan dari luar. Ciri-ciri pendidikannya antara
lain:
1.
Persoalan pendidikan tidak ada
kaitannya dengan agama.
2.
Pendidikan diselenggarakan oleh
keluarga dan negara.
3.
Tujuan pendidikan adalah mendidik
orang berhati mulia dan menghormati sesama.
Tokoh-tokoh pendidik dan filsuf
terkenal pada saat itu ia LaoTse dengan ajaran Tao =jalan Tuhan yang menjadi
Taoisme sangat berpengaruh terhadap hidup dan perikehidupan Cina. Tidak kalah
juga pengaruhnya Kon Fu Tse (Konfusius) dengan ajaran Li (etiket, kewajiban).
Penyelenggaraan Pendidikan dilaksanakan di dalam keluarga dan sekolah, Pelajaran
pokoknya adalah menulis dan mempelajari lambang lambang kata kata yang
jumlahnya mencapai 50 000. Di Cina juga dikenal adanya pendidikan pegawai.
YUNANI
Yunani kuno terbagi menjadi Sparta
dan Athena. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang
kuat dan gagah berani. Tujuan pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara
yang siap membela negara (membentuk tentara yang gagah berani)
.
Ciri-ciri pendidikannya adalah :
1.
Pendikan diperuntukkan hanya bagi
warga negara yang merdeka (hukan budak).
2.
Anak-anak cacat atau lemah
dimusnahkan.
3.
Lebih mengutamakan pendidikan
jasmani.
4.
Anak-anak yang telah mencapai umur 7
tabun diasramakan.
Sedangkan Athena lebih mernentlngkan
kesehatan jasmani dan rohani serta hidup harmonis.
Ciri-ciri pendidikan di Athena
adalah:
1.
Pendidikan diselcnggaratcan oleb
keluarga dan sekolah.
2.
Sekolab diperuntukkan bagi siapa
saja (behas).
Materi atau hahan pengajaran utama
bangsa Athena adalah gymnastis (gymnastik) dan musik. Yang pertama bagi
pendidikan jasmani dan yang lain bagi pendidikan rohani.
ROMAWI
Pada mulanya tujuan pendidikan
Rornawi adalab terbentuknya manusia-manusia yang siap berkorban membela tanah
air. Inti pelajaran adalah mempersiapkan warga negara menjadi
tentara.Penyelenggara pendidikan adalah di rumah-rumah keluarga bangsawan.
Materi pelajarannya meliputi mebaca, menulis, dan berhitung. Pada perkembangan
selanjutnya Romawi terbawa oleh arus aliran Epicurisme dan aliran Stoa. Aliran
Epicurisme berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia menyatu
dengan alam. Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai
kebajikan. Kebajikan itu akan terwujud apabila manusia dapat menyesuai kan din
dengan alamnya, karena manusia adalah bagian dari alam. Sedangkan alam itu
sendiri dikuasai oleb budi Ilahi.
Dengan munculnya dua faham tersebut
cjta-cita atu tujuanRomawi beruhab dari rnembentuk manusia sehat kuat untuk
membela tanah air (kebajikan kepahlawanan) menjadi membentuk manusia yang
bijaksana dan berakal budi (kebajikan kemanusian).
PENDIDIKAN PADA ABAD PERTENGAHAN
Ciri-ciri utama dari pendidikan pada
abad pertengahan adalah :
1.
Seluruh pusat pendidikan bersatu
untuk mewujudkan cita-cita yang telah ditetapkan oleb gerreja Roma Katolik.
2.
Gereja berusaha untuk memperbaiki
kehidupan rakyat.
3.
Mendirikan sekolah-sekolah.
RENAESANCE
Masa kelahiran (Rehaessance)
ditandai dengan adanya usaha untuk mengkaji, menafsirkan, merencanakan dan
apabila perlu mengecam berlakunya kebudayaan klasik (kuno).
Ciri-ciri utama gerakan ini adalah :
1.
Terbebasnya manusia dari ikatan abad
tengah.
2.
Mencari alternatif pedoman yang
dapat membebaskan individu dari ikatanin ikatan tadi.
Pada masa/jaman Renaessance muncul
aliran :
1.
Humanisme: berciri optimistis, tak
percaya pada kekuatan di luar manusia termasuk dewa atau Tuhan.
2.
Reformasi: berciri menetang gereja
Katolik, ingin kembali ke ajaran Nasrani dengan Injil sehagai panutannya.
3.
Kontra Reformasi: ingin memperbaiki.
keadaan (setelah adanya Reforrnasi) dan menjalankan disiplin tinggi terhadap
peraturan gereja.
Keadaan Pendidikan :
Tujuan pendidikan Humanisme:
membentuk manusla yang berani, bebas dan gembira.
Tujuan pendidikan Reformasi:
membentuk manusia yang bebas dari segala macam ikatan.
Tujuan pendidikan Kontra
Reformasi: mempertfnggi disiplin menjalankan agama Katolik.
1.
GARIS
BESAR PENDIDIKAN PADA ABAD KE-17 SAMPAI ABAD KE-20 (DI BELAHAN DUNIA
BARAT ATAU EROPA)
Permulaan abad ke-17 atau
masa-masa akhir abad ke 16 muncul alira baru dalam dunia pendidikan. Aliran
baru itu disebut Realisme. Ciri-ciri utama aliran ini yaitu :
1.
Tidak sejalan dengan pemikiran
Humanisme dan aliran yang mendahuluinya. Aliran yang lalu (kuno) bersifat
verbalistik dan berorientasi kepada alam nyata.
2.
Realisme (real= nyata, konkret)
tertarik pada dunia nyata kepada alam dan benda benda.
Realisme berpendapat bahwa lewat
pendidikan orang harus mernperoleh pengetahuan dan pengertian yang mendalam.
Hal ini dapat dicapai dengan menjelajahi permasalahan lewat dunia nyata. Untuk
mencapai pengetahuan yang benar cara berfikir duktif harus dinggalkan dan
diganti cara berpikir induktif dan mengutamakan pengamatan serta pengalaman.
Tokoh-tokoh pendidikan penting dan
berjasa dalam hidang pendidikan abad ke-17 antara lain:
1.
Francis Bacon, ia berkeyakinan hahwa
pendidikan masa lalu (klasik) tidak bermanfaat hagi umat manusia lagi. Apabila
manusia ingin sarnpai pada kebenaran harus meninggalkan cara berpikir deduktif
dan beralih ke cara berpikir yang induktif. Dengan cara berpikir yang analitik
orang akan dapat membuka rahasia alam dan dengan terbukanya alam itu kita
sebagai bagian dari alam dapat menentukan sikap dan mengatur strategi hidup.
Artinya, dengan terbukanya alam kita rnanusia dapat menyesuaikan atau
memanfaatkan alam dari hidup dan kehidupan manusia.
2.
Johann Amos Comenuis. Ia berpendapat
bahwa pendidikan harus diorientasikan ke dunia sana (baka), keakhirat. Ia
menekankan pendidikan budi pekerti dan kearifan. Asas hukum didaktik yang ía
kemukakan adalah : 1) hukurn kepastian, 2) hukum urutan 3) hukum kelancaran dan
kesempatan belajar.
3.
c. Jean Baptiste La Salle, ia
sependapat dengan Comenius, pendidikan harus tertuju kepada hal-hal yang
bersifat kebakaan (keakhiratan). Di dalam menyiasati pendidikan ia menggunakan
alat pendidikan yang terkenal yakni hukuman dan ganjaran. Ia menekankan
pengajaran kelompok.
Abad 18 sering disebut abad
pencerahan (aufklarung). Segala usaha disemua semua lapangan kehidupan
memerluken penataan kembali. Perlu ditata kembali karena abad (masa) yang lalu
adalah masa gelap yang tidak memberikan harapan hidup yang Iebih baik. Oleh
karena itu perlu pencerahan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pemikiran yang
Iebih rasional yang ingin terbebas dari Iingkungan tradisi dan adat istiadat.
Bagi kaurn nasionalis telah kehilangan hak hidup (jiwa).
PERBEDAAN MASA KEGELAPAN DAN MASA PENCERAHAN
ABAD
KEGELAPAN
|
ABAD
PENCERAHAN
|
|
a.
|
Manusia percaya pada Tuhan dengan segala ajarannya.
|
manusia percaya pada kemauan akal budinya. Manusia
meyakini bahwa yang dapat membahagiakan adalah manusia itu sendiri, bukan
kasih sayang Tuhan.
|
b.
|
Manusia terikat oleh aturan dan ketentua gereja.
|
Manusia ingin bebas dari semua ikatan yang membelenggunya,
baik ikatan gereja maupun negara.
|
c.
|
Manusia dibentuk untuk melayani gereja, pendidikan
diselenggarakan oleh gereja dan mengabdi gereja.
|
Manusia ingin adanya kebebasan pendidikan tanpa campur
tangan gereja dan negara.
|
Tokoh yang menonjol pada abad ke-18 adalah :
1.
I. J. Rousesau berpendapat bahhwa
pada dasar (asal)-nya rnunusia baik, menjadi jelek (jahat) karena peng lingkungan.
Dasar pendidikan menurut Rousseau adalah pembawaan dan tujuan pendidikan ialah
membentuk manusia yang bebas merdeka. Sifat pendidikan adalah individualistis
dan individu (anak) itu harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat dan bahkan
dijauhkan dari orang tuanya. Hasil pemikirannya dituangkan dalam buku Le
Contract Social berisi tentang ilmu kenegaraan dan Emile yang berisi bagaimana
mendidik anak sampai dewasa yang baik dan benar.
2.
John Locke (1632-1704), ia seorang
tabib yang ahli filsafat dan ahli ilmu jiwa J.I. Locke berpendapat bahwa jiwa
itu waktu dilahirkan kosong dan pasif. Jiwa itu pada saat lahir sama dengan
tabula rasa (meja lilin) atau a shett of paiper (sehelai kertas) putih bersih.
J. I Locke seorang empirist, ia menyatakan bahwa empirist (pengalaman) adalah
sumber pengetahuan. Tentang masalah pendidikan Locke berpendapat bahwa
pendidikan itu berkuasa bahkan maha kuasa. Ia tidak percaya adanya pembawaan
(bakat). Tujuan pendidikan menurut dia adalah membetuk seseorang kasatria
(gentleman) yang saleh dan berguna bagi hidup bersama dalam masyarakat. Sebagai
seorang tabib (dokter) ia menekankan pentingnya pendidikan jasmani. Locke juga
adalah seorang deist (De = Deus = Tuhan). Tetapi ia tidak mau menerima ajaran
agama yang dogmatis (kaku, beku, lugu). Baginya agama adalah akal budi. Oleh
karenat itu ia memperhatikan pendidikan kesusilaan. Manusia harus mampu
munguasai diri sendiri dan memiliki hargadiri. Anak harus patuh tanpa ganjaran
ataupun hukuman.
Abad 19 dunia mengalami percepatan
(akselerasi) di segala lapangan hidup karena dilhami revolusi Perancis dan
revolusi industri. Dengan meluasnya cita-cita pencerahan yang mengumandangk
semboyan manusia dilahirkan bebas dan memiliki derajat yang sama, rnereka
(kasta ketiga, di luar kaum agama dan bangsawan) menuntut egality fraternity
dan liberty. Mereka menuntut penyelenggaraan pendidikan jangan hanya di
peruntukkan bagi bangsawan dan kaum agamis saja. Orang mulai menyadari bahwa sekolah
sebagai suatu lembaga penting untuk mencapai kemajuan dalam segala lapangan
hidup. Kemajuan cara berpikir melalui jasa ilmu dan pengetahuan membawa
perkembangan di bidang industri. Mekanisme di bidang produksi mengganti
tangan-tangan manusia. Jadi di bidang industri pun mengalami lompatan
percepatan kemajuan. Jadi sangat masuk akallah apabila di budang pendidikan dan
pengajaran pada abad ke-19 itu mengalami perkembangan pula. Perkembangan itu
antara lain adalah pendidikan per kepala harus diganti dengan sistem klasikal.
Pendapat Pentalozzi J.H. Pestalozzi sangat mementingkan pendidikan keluarga. Keluarga menurut Pestalozzi merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Inti pendidikan adalah pendidikan kesusilaan dan pendidika keagaman. Dasar pendidikan menurut dia adalah kodrat anak dan tujuan pendidikan mengembangkan segala daya kemampuan anak untuk mencapai kemanusiaan sejati. Adalah menjadi tugas pendidik agar anak dapat niengentaskan dirinya sendiri (dapat hidup mandiri). Sebagai alat pelajaran metode yang tepat menurut Pentalozzi adalah metode peragaan.
Friedrich Frobel (1782-1852), sangat
mencintai anak dengan dunia anak-anaknya. Dia berpendapat bahwa sumber dari
segala sumber segala sesuatu adalah Tuhan. Tiap manusia mempunyai dorongan.
Tugas pendidik adalah memperkembangkan dorongan itu secermat-cermatnya agar
dengan demikian manusia memiliki budi pekerti dan dapat menciptakan kebudayaan
serta memelihara dan memajukan kebudayaan itu. Pendidikan yang benar adalah
pendidikan yang memperhatikan persesuaian antara kebutuhan dengan alam
anak-anak. Perinsip pendidikan Frobel adalah anak harus dibuat aktif, aktif
bermain dan aktif bekerja serta aktif berlatih. Perinsip didaktiknya adalah
pengajaran harus dimulai dari yang sederhana, yang gampang meningkat kepada
hal-hal yang komplek, yang sulit.
Pokok-pokok pikiran pendidikan abad
ke-20 :
1.
Pendidikan/pengajaran lama yang
pasif diganti dengan pendidikan yang membuat anak aktif.
2.
Pendidikan lama bersifat teacher centred, menurut pikiran baru harus pupil centerd. Anak sebagai subyek didik.
3.
Pendidikan harus
diindividualisasikan.
4.
Pendidikan bertujuan membentuk
manusia yang memiliki integritas kepribadian timggi dan bertanggung jawab.
5.
Pendidikan harus mampu mempersiapkan
anak masuk kedalam dunia kerja, dalam masyarakat.
Tokoh-tokoh penting yang berjasa di
bidang pendidikan :
1.
Montessori : Asas pendidikan yang
dikehendaki Montessori adalah kebebasan/kemerdekaan. Montessori berpendapat
bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam. Dalammenyiasati pengajaran
ia tidak setuju dengan hukuman. Hukuman akan datang dari anak itu sendiri
manakala anak itu mengalami kegagalan dan berbuat kesalahan. Prinsip-prinsip
dasar metode pengajaran Montessori ; 1) prinsip kebebasan, 2) prinsip ilmiah,
3) prinsip keaktifan sendiri. Montessori setuju dengan metode penyampaian
materi pelajaran dengan metode peragaan. Latihan-latihan diberikan sesuai asas
didaktik yakni secara berurutan dari yang mudah menuju yang sukar.
Latihan-latihan itu meliputi : 1) latihan otot, 2) latihan alat dria dan 3)
latihan akal.
2.
Dr. Ovide Decroly (1871-1932). Ia
menjadi terkenal karena semboyannya : I’ecole pour la vie par la vie (sekolah untuk kehidupan oleh
kehidupan). Maknanya adalah bahwa anak adalah
manusia yang selalu tumbuh dan berkembang. Mereka harus dipersiapkan
untuk menghadapi kehidupan sosial. Jadi sekolah harus berhubungan erat dengan
kehidupan. Montessori menemukan dan kemudian menyusun teori globalisasi dan
pusat minat. Globalisasi (Jerman: gestall) adalah dalam mengamati susuatu mula-mula
terungkap kesan keseluruhan dari sesuatu itu baru kemudian menyusul
bagian-bagiannya. Tentang pusat minat menurut O. Decroly ada 4 pusat minat
yaitu : 1) makanan, 2) pakaian, 3) pertahanan diri, 4) permainan dan pekerjaan.
3.
John Dewey, Ia penganut aliran
filsafat pragmatisme. Seorang pragmatis berpendapat bahwa suatu pengetahuan itu
benar apabila pengetahuan itu berguna dalam memecahkan masalah kehidupan. Jadi
mengandung nilai praktis. Pendidikan memiliki 2 aspek yakni aspek psikologis
dan aspek sosiologis. Aspek psikologis artinya tiap anak mempunyai daya-daya
atau potensi yang harus dikembangkan. Aspek sosiologis adalah bahwa
perkembangan daya atau potensi itu diarahkan agar bremanfaat dalam kehidupan
sosial. Dewey menentang “sekolah dengar” yang sama sekali tidak memperhatikan
minat dan instink anak. Menurut J. Dewey ada 4 instink anak yang perlu
diperhatikan : 1) instik bermasyarakat, 2) instink membentuk sesuatu, 3)
instink menyelidiki, dan 4) instink kesenian.
Sesuai dengan konsep sekolah kerjanya,
Dewey berpendapat bahwa sekolah yang baik adalah sekolah dalam bentuk
masyarakat kecil. Maknanya adalah sekolah adalah merupakan tempat bekerja,
langsung praktek kerja nyata. Urutan kegiatan pelajaran berintikan : 1)
pelajaran berburu dan menangkap ikan, 2) mengembala, bertani dan berdagang, dan
3) industri.
Dengan di tampilkannya tokoh-tokoh
pendidikan beserta konsepnya bukannya berarti kita harus mengagumi tokoh-tokoh
tersebut, yang kita akui memang berotak brilian, dan mengambil alih saja
pendapat (konsep)-nya .
Dari sejarah pendidikan itu kita
dapat mengambil manfaat, mana yang tepat dapat kita gunakan dan mana yang
seharusnya dibuang karena tidak cocok. Karena tidak semua konsep dapat
diterapkan di dalam segala waktu, tempat dan suasana.
Contoh :
Sekolah Dewey misalnya bagi
kebanyakan negara terlalu mahal biayanya. Di samping adanya kelemahan yang
mendasar misalnya tidak memperhatikan aspek kesusilaan (kerohanian)
keagamaan/ketuhanan. Demikian pula Montessori, aspek sosial anak kurang
diperhatikan dan sekolah montessori amat mahal. Sistem pendidikan Montessori
juga sangat intelektualistis karena terlalu mementingkan prkembangan akal,
perasaan kurang mendapat tempat. Ia terlalu jauh menekankan pada perkembangan
alat dria, disamping jasanya dengan asas tanpa perkembangan anak dan mendidik
anak untuk mandiri.
1.
PENDIDIKAN
DI INDONESIA
Berikut keadaan pendidikan di
Indonesia sejak zaman purba hingga kini. Inti pembicaraan sekilas pendidikan di
Indonesia meliputi pendidikan zaman purba, zama pengaruh Islam, dan pendidikan
zaman penjajahan.
Dasar pendidikan masa Hindu Budha
adalah filsafat Hindu Budha. Tujuan pendidikan bahwa tujuan hidup adalah untuk
mencapai Nirwana. Manusia yang dapat mencapai Nirwana adalah manusia sempurna.
Sistem penyelenggaraan pendidikan adalah sistem guru-kuladan berlangsung dalam
asrama.
Bersamaan masuknya agama Islam ke
Indonesia masuk pula kebudayaannya. Pengaruh kebudayaan Islam meliputi semua
segi kehidupan, termasuk pendidikan. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk
manusia muslim yang sholeh (berakhlak) yang baik. Ada dua lembaga pendidikan
penting pada penyebaran agama Islam yakni : langgar dan pesantren disusul
kemudian adanya madrasah. Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun boleh
mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat pendidikan demokratis dan pengajaran
unuk rakyat. Di suatu tempat seperti di Sumatera Barat tidak ada
pemisahan antara langgar dan pesantren, di sini sekolah agama Islam disebut
“surau”. Kemudian sekolah-sekolah Islam berkembang dan mendirikan bangunan
sekolah yang disebut madrasah.
Pendidikan pada masa penjajahan
kurang dapat dirasakan oleh para penduduk pribumi (bumi petera). Pendidikan
pada masa penjajahan diabaikan demi kepentingan pemerintah (penjajah). Tujuan
utama pendidikan pada masa penjajahan Belanda adalah : 1) mencetak tenaga kerja
murah yang siap mengabdi kepada pemerintah (kepentingan penjajah Belanda), 2)
untuk tetap mempertahankan kelangsungan penjajah Belanda di Indonesia.
Pada masa penjajahan Jepang tujuan
pendidikan yang dilaksanakan adalah: 1) untuk mendapat tenaga kerja rendahan
(murah) dan 2) untuk membentuk tentara yang siap melawan sekutu.
Menyadari keadaan pendidikan pada
masa penjajahan yang sangat merendahkan martabat bangsa sendiri, maka muncul
tokoh-tokoh masyarakat yang berkeinginan untuk mendirikan lembaga pendidikan
formal (sekolah). Tokoh-tokoh antara lain Ki Hajar Dewantara, KH. Achmad Dahlan
dan Moch. Syafei.
Sadar akan kebodohan dan
keterbelakangan sebagian besar warga pribumi akibat tidak mendapat perhatian
dari penjajah maka Muhammdiyah bangkit dengan cita-cita mempertinggi dan
memperluas pendidikan agama Islam secara modern dengan tujuan memperkuat dan
memperteguh keyakinan akan kebenaran ajaran Islam.
Taman siswa dengan pendirinya Ki
Hadjar Dewantara mendirikan sekolah sebagai usaha mencapai kemerdekaan bangsa
lewat pendidikan.
Moh. Syafei di Sumatera Barat
mendirikan Perguruan Ruang Pendidik INS Kayutanam, ia menantang pendidikan
kolonial yang verbalistik-intelektualistik. Sekolah INS Kayutanam memakai
konsep John Dewey yaitu; “learning
by doing”. Jadi INS Kayutanam mementingkan
keterampilan bekerja dari pada keterampilan berfikir murni, tetapi bukan
berarti tidak rasional, justru INS mementingkan cara berfikir yang akaliah (rasional). Konsep ini tampak pada tujuan pendidikan yaitu
: 1) mendidik anak untuk berfikir rasional, 2) mendidik anak bekerja secara
teratur dan bersungguh-sungguh, 3) membentuk anak-anak menjadi manusia yang
berwatak dan 4) menanamkan perasaan persatuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar